
Serangga Jadi Tren Kuliner Baru di Tokyo
Mengonsumsi serangga merupakan kebiasaan yang sudah lama ada di berbagai budaya, termasuk Jepang. Dalam beberapa tahun terakhir, tren memakan serangga justru semakin berkembang di kalangan masyarakat Jepang, terutama di Tokyo. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apa yang membuat mereka begitu tertarik? Apakah karena serangga dianggap sebagai alternatif makanan yang ramah lingkungan, atau sekadar sebagai tantangan untuk mencoba sesuatu yang tidak biasa?
Alasan Orang Jepang Memakan Serangga
Seperti halnya di negara lain, Jepang juga memiliki sejarah panjang dalam mengonsumsi serangga. Ada teori yang menyatakan bahwa Entomofagi (praktik memakan serangga) di Jepang kemungkinan sudah dilakukan sejak 3000 tahun yang lalu. Pada masa-masa sulit, serangga menjadi pilihan karena harganya terjangkau, mudah ditemukan di daerah pertanian, dan merupakan sumber protein yang cepat didapat. Saat ini, serangga masih dikonsumsi, tetapi dengan alasan dan cara yang berbeda dari masa lalu.Salah satu contohnya adalah Inago no tsukudani, hidangan khas daerah pegunungan seperti Nagano, Gifu, dan Fukushima. Hidangan ini terbuat dari belalang beras yang direbus dalam saus manis dan gurih berbahan dasar kecap, gula, dan mirin. Proses memasaknya inilah yang memberi nama Tsukudani.
Dulu, serangga lebih sering dimakan sebagai persediaan saat musim dingin. Namun sekarang, serangga banyak dijual dalam bentuk camilan kemasan. Produk modern seperti Koorogi Senbei (keripik jangkrik) dari Muji diolah sedemikian rupa sehingga bentuk aslinya tidak terlihat. Di sisi lain, ada juga camilan yang tetap menampilkan wujud serangga, misalnya Mixed Pupae dari Bugoom.
Jenis Serangga yang Dikonsumsi di Jepang
Sebuah studi yang dilakukan oleh ahli entomologi Tsunekata Miyake menunjukkan bahwa terdapat 55 Jenis serangga yang dimakan setiap harinya di Jepang selama era Taisho (1912-1926). Di zaman modern, beberapa yang paling umum dikonsumsi antara lain:
- Belalang (inago)
- Kepompong ulat sutra (kaiko no sanagi)
- Larva lebah (hachinoko)
- Belatung (uji)
- Jangkrik (koorogi)
Mengapa Minat terhadap Serangga Meningkat di Tokyo?
Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah karena orang-orang memang ingin mencoba makanan baru dan penasaran ingin mencobanya. Banyak restoran dan toko khusus serangga di Jepang yang didatangi orang untuk tantangan atau sekadar bersenang-senang. Ada juga teori yang menyatakan bahwa kemajuan teknologi, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI), membuat budidaya serangga menjadi lebih mudah dilakukan, ramah lingkungan, dan hemat biaya.
Manfaat Mengonsumsi Serangga
Dibandingkan dengan peternakan hewan besar yang berdampak buruk terhadap lingkungan, beternak serangga membutuhkan air dan lahan yang jauh lebih sedikit. Bau yang ditimbulkan pun tidak menyengat. Meski penelitian lebih lanjut masih diperlukan, banyak ahli meyakini bahwa konsumsi serangga dapat menjadi bagian penting dari pola makan masa depan.
Selain itu, serangga kaya akan protein, mineral, serta asam lemak Omega-3. Beberapa jenis bahkan memiliki kandungan zat besi lebih tinggi daripada daging sapi. Misalnya, jangkrik mengandung hingga 180 persen lebih banyak zat besi dibandingkan daging sapi.
Dengan berbagai keunggulan tersebut, bukan tidak mungkin serangga akan semakin sering muncul dalam menu makanan masyarakat Jepang di masa mendatang.
Leave a Reply