img

Osamu Dazai: Penulis Jenius Jepang yang Penuh Tragedi

Osamu Dazai, yang lahir dengan nama asli Shūji Tsushima pada tahun 1909, dikenal sebagai salah satu penulis Jepang paling berpengaruh sekaligus paling kontroversial di abad ke-20. Karya-karyanya yang jujur dan sarat dengan unsur autobiografi menggambarkan pergolakan batin manusia di masa pasca perang, dan hingga kini tetap menyentuh hati banyak pembaca. Kehidupan Dazai penuh dengan percobaan bunuh diri, ketergantungan alkohol serta obat, dan perasaan keterasingan yang mendalam, semua itu tercermin kuat dalam tulisannya. Meski hidupnya dipenuhi penderitaan, justru dari sanalah lahir karya-karya sastra paling menyayat dalam sejarah modern Jepang, seperti “No Longer Human” dan “The Setting Sun”, dua novel klasik yang terus dibaca lintas generasi.


Awal Kehidupan dan Permulaan Karier Sastra

Dazai lahir di Prefektur Aomori, di keluarga bangsawan pemilik tanah yang kaya. Ia adalah anak kesepuluh dari sebelas bersaudara, dibesarkan dalam rumah besar yang dipenuhi pelayan. Sejak muda, ia sudah menunjukkan bakat menulis dan sering mengirimkan karyanya ke majalah sastra sekolah. Namun, latar keluarga yang mewah juga membuatnya sering merasa terasing dan terbebani oleh harapan keluarga.


Saat menempuh studi sastra Prancis di Universitas Tokyo, Dazai mulai memberontak terhadap nilai-nilai keluarganya. Ia menjalin hubungan dengan seorang geisha, terlibat dengan kelompok Marxis, dan melakukan percobaan bunuh diri pertamanya pada tahun 1929. Pengalaman-pengalaman itu membentuk tema utama dalam karya-karyanya, tentang keterasingan, kehancuran diri, dan perlawanan terhadap masyarakat.


Karya pertamanya, “Ressha” (Kereta), terbit tahun 1933 di bawah nama pena Osamu Dazai. Dari sinilah ia mulai mengembangkan gaya khasnya, yaitu bentuk “I-novel” (watak fiksi yang diambil dari kehidupan nyata). Cerita-cerita awal seperti “The Final Years” dan “Flowers of Buffoonery” memperkenalkan Dazai sebagai suara baru dalam dunia sastra Jepang. jujur, gelap, dan penuh konflik batin.


Karya Besar dan Tema Utama

Karya-karya paling berpengaruh Dazai muncul setelah Perang Dunia II. The Setting Sun” (1947) dan “No Longer Human” (1948) dianggap sebagai puncak pencapaiannya. The Setting Sun menggambarkan runtuhnya kelas bangsawan Jepang, sementara No Longer Human menceritakan seorang pria yang terputus dari dunia di sekitarnya, sering dianggap sebagai cerminan diri Dazai sendiri.


Beberapa karya penting lainnya meliputi:

“Villon’s Wife” (1947) – kisah tentang kekuatan dan ketabahan seorang perempuan.

“Schoolgirl” (1939) – potret kehidupan remaja perempuan yang lugu namun introspektif.

“Run, Melos!” (1940) – adaptasi legenda Yunani yang menyoroti makna persahabatan dan pengkhianatan.


Tema utama dalam tulisan Dazai meliputi rasa keterasingan, kebencian terhadap diri sendiri, dan pencarian makna hidup. Tokoh-tokohnya sering merasa gagal menjadi bagian dari masyarakat. Kejujuran emosional inilah yang membuat karyanya begitu dekat dengan para pembaca, terutama generasi muda yang hidup di masa penuh ketidakpastian pascaperang.

Pergulatan Jiwa dan Upaya Bunuh Diri


Seumur hidupnya, Dazai berjuang melawan depresi berat dan beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya. Percobaan pertama terjadi saat ia masih mahasiswa pada tahun 1929. Dalam dua dekade berikutnya, ia beberapa kali mencoba lagi sebelum akhirnya benar-benar meninggal pada tahun 1948.


Selain depresi, ia juga mengalami kecanduan alkohol dan obat-obatan berbasis morfin. Semua penderitaan ini memberi warna pada tulisannya, menjadikannya begitu jujur, mentah, dan menyentuh. Ia menulis tentang penyakit mental dan kecanduan dengan keterbukaan yang jarang ditemukan pada masanya.


Kehidupan pribadinya pun kacau. Ia meninggalkan istri pertamanya setelah terjadi perselingkuhan, menikah lagi, lalu jatuh cinta dengan wanita lain. Hubungan yang berantakan itu mencerminkan kekacauan batin yang ia alami setiap hari.


Pengaruh dan Warisan Sastra

Osamu Dazai diakui sebagai salah satu penulis terbesar Jepang abad ke-20, sejajar dengan Yukio Mishima dan Yasunari Kawabata. Novel-novelnya masih menjadi bacaan wajib di Jepang, dan No Longer Human sering masuk daftar buku terlaris hingga kini.

Warisan Dazai juga meluas ke dunia film, televisi, dan manga. Sosoknya sering dijadikan inspirasi karakter dan kisah fiksi, yang paling terkenal seperti anime Bungo Stray Dogs yang memiliki nama karakter yang sama. Dalam dunia akademik, Dazai dipelajari sebagai tokoh penting yang menjembatani gaya sastra pra-perang dan pasca perang, sekaligus pembaharu bentuk “I-novel” dengan pendekatan psikologis yang mendalam.


Gaya Penulisan dan Teknik Sastra

Ciri khas tulisan Dazai adalah kejujuran brutal, humor gelap, dan kedalaman psikologis. Ia mahir menggunakan narasi orang pertama yang kabur antara realitas dan fiksi, serta sering menampilkan narator yang tidak dapat dipercaya (Unreliable narrator). Kalimatnya sederhana tapi penuh makna tersembunyi.


Ciri utama dalam teknik penulisannya antara lain:

• Penggunaan narator pribadi yang mencampur fakta dan imajinasi.

• Perspektif ganda dan karakter dengan pandangan subjektif.

• Humor sinis dan ironi diri.

• Pengaruh sastra Barat yang berpadu dengan gaya klasik Jepang.

• Struktur naratif terpecah yang mencerminkan kekacauan batin tokohnya.


Dazai menulis dengan gaya yang terasa sangat modern bahkan untuk pembaca masa kini. Ia tidak menutupi kelemahan manusia, tetapi justru mengangkatnya menjadi cermin kemanusiaan yang paling jujur.


Tahun-Tahun Terakhir dan Kematian Tragis

Meski semakin dikenal setelah perang, kehidupan pribadi Dazai terus memburuk. Ketergantungan pada alkohol makin parah, dan ia kesulitan mempertahankan hubungan. Tahun 1947, ia mulai menulis “No Longer Human”, karya yang kemudian dianggap sebagai pernyataan terakhirnya tentang hidup dan kehancuran diri.

Pada 13 Juni 1948, Dazai dan kekasihnya Tomie Yamazaki ditemukan tewas tenggelam di Kanal Tamagawa. Jenazah mereka baru ditemukan pada 19 Juni, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-39. Peristiwa itu menambah aura tragis di sekitar kehidupannya, membuatnya dikenang sebagai sosok seniman yang benar-benar hidup dan mati bersama penderitaannya.

Kini, Dazai diingat bukan hanya karena kematiannya, tetapi karena keabadian karyanya. Ia membuka jalan bagi penulis Jepang modern untuk berbicara jujur tentang sisi gelap manusia, dan sampai hari ini, suaranya tetap bergema di hati para pembaca di seluruh dunia.

Tag
#Literatur Jepang #Penulis Jepang #Osamu Dazai #No Longer Human #The Setting Sun #Jepang #Indonesia #LPK Higlob #Higlob International Education
0 Likes