7 Tempat Paling Berhantu di Jepang
Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan sejarah paling panjang di dunia, dan selama berabad-abad, budaya spiritual di sana tumbuh sangat kuat. Dari akar sejarah tersebut, lahirlah berbagai kisah legenda dan mitos yang tak hanya menjadi bagian dari tradisi lisan, tetapi juga menginspirasi banyak film horor terkenal seperti Ringu (The Ring) dan Ju-on (The Grudge). Namun, tetap muncul pertanyaan, apakah ada unsur nyata di balik cerita-cerita menyeramkan itu?
Menariknya, meskipun masyarakat modern Jepang kini tak semuanya religius, kepercayaan terhadap hal-hal gaib masih cukup kuat. Bahkan, berbagai ritual untuk menangkal energi negatif masih dilakukan secara luas dan dianggap hal yang biasa. Misalnya, upacara pembersihan yang dilakukan di kuil, ritual penyucian lokasi sebelum membuka usaha baru, keengganan untuk menempati rumah yang pernah menjadi tempat kematian, hingga kebiasaan menaruh garam di depan pintu rumah atau toko sebagai penangkal roh jahat, semuanya mencerminkan warisan budaya spiritual yang masih hidup hingga sekarang
Di Jepang, musim panas memiliki kaitan erat dengan cerita-cerita horor, atau yang dikenal sebagai kaidan(怪談). Menceritakan kisah hantu di malam musim panas dipercaya sebagai tradisi lama untuk "mendinginkan diri" dari panasnya udara, baik secara fisik maupun emosional. Dan tentu saja, tak ada cara yang lebih mendebarkan untuk merasakan sensasi itu selain mengunjungi tempat-tempat berhantu sungguhan.
Tempat-tempat ini disebut shinrei supotto (tempat spiritual), dan kerap dikelilingi oleh legenda urban yang menyeramkan. Kisah-kisahnya bisa bermula dari tragedi sejarah hingga misteri kelam yang lebih modern. Mengunjungi lokasi seperti ini terasa seperti membuka tirai sisi gelap sejarah Jepang, dan tak sedikit orang yang mengaku mengalami kejadian aneh saat berada di sana.
Jika kamu pernah penasaran ingin mencoba uji nyali versi Jepang, kamu berada di tempat yang tepat! Di bawah ini, kami telah merangkum 7 lokasi paling berhantu di Jepang. Perlu diingat, banyak dari tempat-tempat ini merupakan lokasi terjadinya peristiwa tragis di masa lalu. Jadi, bagi siapa pun yang berniat mengunjungi secara langsung, diharapkan untuk tetap menghormati sejarah kelam di balik tempat tersebut, agar tidak mengalami kejadian tak diinginkan.
Bagi sebagian orang, menjelajahi tempat-tempat ini menjadi bagian dari tradisi kimodameshi, yaitu ujian keberanian yang biasanya dilakukan di malam hari. Jadi… beranikah kamu mencoba?
1. Taman Toyama (Shinjuku, Tokyo)
Asal-usul kisah menyeramkan dari taman ini berawal di akhir Perang Dunia II, ketika area tersebut dipenuhi berbagai fasilitas medis. Namun, beredar rumor kelam bahwa tidak semua bangunan itu digunakan untuk menyembuhkan. Salah satunya diyakini menjadi tempat pembuangan korban eksperimen mengerikan yang dilakukan oleh Unit 731, sebuah divisi rahasia milik militer Kekaisaran Jepang.
Pada 22 Juli 1989, lebih dari seratus kerangka manusia, yang kemudian dikenal sebagai Tulang Manusia Toyama ditemukan di sebuah lokasi konstruksi di Toyama-cho, Shinjuku, Tokyo. Penemuan ini terjadi di area pembangunan pusat penelitian penyakit menular, yang kini dikenal sebagai National Institute of Infectious Diseases. Mayoritas tulang yang ditemukan adalah tengkorak dan tulang paha.
Pada tahun 2006, di usianya yang ke-88, seorang mantan perawat bernama Toyo Iishi juga akhirnya angkat bicara untuk mengungkap sedikit kebenaran terkait sejarah kelam lokasi tersebut. Dalam pengakuannya, Iishi menyatakan bahwa saat bekerja sebagai perawat di daerah itu, ia turut membantu proses penguburan jenazah korban eksperimen medis yang dilakukan di fasilitas tersebut.
Saat malam tiba, beberapa orang mengaku melihat hitodama (cahaya arwah) dan mendengar suara tangisan dari bukit Hakoneyama
2. Sunshine 60 (Ikebukuro, Tokyo)
Sunshine 60 adalah gedung pencakar langit, namun dulunya, tempat ini adalah lokasi Penjara Sugamo. Dari tahun 1920-an hingga 1945, Penjara Sugamo digunakan sebagai tempat penahanan tahanan politik. Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menggunakannya untuk menahan sekitar 2.000 tersangka penjahat perang Kelas A, termasuk mantan Perdana Menteri Hideki Tojo. Para penjahat perang ini sering dieksekusi setelah melalui proses pengadilan. Penjara tersebut ditutup pada tahun 1962 dan kemudian dihancurkan pada tahun 1971. Bangunan Sunshine 60 kemudian dibangun dan selesai tujuh tahun setelahnya, pada tahun 1978.
Konon, nama “Sunshine 60” dipilih untuk mengalihkan perhatian pengunjung dari reputasi gelapnya sebagai bekas lokasi eksekusi. Namun, ada juga rumor yang mengatakan bahwa angka “60” dalam nama tersebut mewakili enam puluh eksekusi yang pernah terjadi di sana.
Sejak pembangunan gedung dimulai pada 1970-an, banyak laporan tentang kejadian aneh. Penampakan, suara misterius, dan kecelakaan tidak wajar. Ada juga yang melihat bola api melayang di malam hari. Lebih menakutkan lagi, ada laporan dari para staf yang mengaku pernah mengalami kejadian aneh, terutama di lantai bawah tanah Sunshine City. Beberapa melaporkan aktivitas paranormal seperti suara-suara misterius dan penampakan sosok-sosok tak terlihat. Apakah semua cerita ini hanya mitos atau memang cerminan dari masa lalu? Apapun itu, hal ini tetap menambah daya tarik tersendiri bagi mereka yang tertarik untuk menggali sisi gelap sejarah Tokyo.
3. Reruntuhan Kuil Doryodo (Hachioji, Tokyo)
Didirikan pada tahun 1873, Kuil Doryodo dikenal bukan sebagai tempat beribadah, melainkan karena sejarah kelam yang menyelimutinya. Insiden tragis pertama terjadi pada tahun 1963, ketika seorang penjaga kuil berusia 82 tahun ditemukan tewas terbunuh dalam sebuah perampokan di area kuil. Peristiwa tersebut membuat kuil ditutup dan perlahan dilupakan oleh masyarakat sekitar.
Namun, sepuluh tahun kemudian, nama Doryodo kembali mencuat ke permukaan. Pada tahun 1973, jasad seorang mahasiswi Universitas Rikkyo yang telah dilaporkan hilang ditemukan tak jauh dari lokasi kuil, sekitar dua kilometer dari tempat kejadian. Berdasarkan laporan berita saat itu, korban dibunuh oleh pasangannya, yang juga merupakan dosennya sendiri. Sang profesor sebelumnya telah membunuh istri serta anak-anaknya dan mengakhiri hidupnya sendiri.
Yang membuat kasus ini semakin mengguncang publik adalah kenyataan bahwa tubuh sang mahasiswi baru ditemukan beberapa bulan setelah peristiwa tragis tersebut terjadi. Identitas korban jarang disebutkan dalam sumber-sumber resmi, namun rumor menyebutkan bahwa ia sedang mengandung saat menghilang pada bulan Juli tahun itu.
Nasib Kuil Doryodo pun berakhir tragis. Pada tahun 1983, bangunan kuil tidak lagi berdiri. Tidak ada kepastian mengenai penyebabnya, beberapa mengatakan kuil tersebut terbakar karena pembakaran disengaja, sementara sumber lain percaya bahwa bangunan itu runtuh secara alami karena ditelantarkan terlalu lama.
Kini, kuil itu hanya tinggal reruntuhan. Tapi para pengunjung masih sering mendengar suara-suara tangisan dari perempuan tua penjaga kuil, dan suara bisikan dari seorang pelajar. Pengunjung mengatakan bahwa area kuil tetap terasa suram bahkan di cuaca yang cerah
4. Terowongan Kiyotaki (Kyoto)
Dalam kepercayaan Jepang, angka 4 dianggap membawa sial karena pelafalannya mirip kata “kematian.” Terowongan Kiyotaki, yang panjangnya disebut-sebut 444 meter, dianggap penuh kutukan.
Awalnya merupakan bagian dari Jalur Kereta Atagoyama yang dibangun antara tahun 1927 hingga 1928, Terowongan Kiyotaki memiliki panjang sekitar 500 meter dan dikenal luas karena kisah-kisah mistis yang menyelimutinya. Menurut sejumlah sumber, terowongan ini dibangun oleh para pekerja yang disebut sebagai "budak", meskipun secara hukum mereka dipekerjakan, namun tidak diberi upah dan bekerja dalam kondisi yang sangat buruk.
Selama masa konstruksinya, dilaporkan terjadi sejumlah kematian, termasuk akibat kecelakaan kerja dan kondisi kerja ekstrem. Setelahnya, wilayah ini juga mencatat korban dari insiden kereta api serta dugaan eksekusi yang pernah terjadi di sekitarnya. Banyak yang percaya bahwa arwah para korban tersebut masih bergentayangan dan kerap terlihat di dalam terowongan saat malam hari.
Terdapat pula perdebatan mengenai panjang terowongan ini. Beberapa orang bersikeras bahwa panjangnya adalah 444 meter, angka yang dianggap sial di Jepang karena pengucapannya menyerupai kata kematian (shi / 死). Hal ini menambah kesan angker pada tempat tersebut. Salah satu kepercayaan populer menyatakan bahwa melihat bayangan roh melalui kaca spion mobil atau cermin lalu lintas di sekitar pintu masuk terowongan dapat membawa nasib buruk atau bahkan kematian yang menyakitkan.
Fenomena aneh lainnya yang dilaporkan termasuk perubahan lampu lalu lintas secara tiba-tiba dari merah ke hijau saat malam hari, yang kerap memicu kecelakaan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Banyak laporan tentang penampakan hantu, kaca mobil dengan bekas tangan, hingga wanita berpakaian putih yang tiba-tiba muncul di depan kendaraan.
Terowongan ini juga sering dijadikan inspirasi didalam manga-manga terkenal Jepang seperti Mob Psycho 100 dan Dandandan. Hal ini menunjukkan bahwa Terowongan Kiyotaki memiliki reputasi berhantu oleh masyarakat Jepang
5. Oiran Buchi (Prefektur Yamanashi)
Oiran Buchi, atau jurang para selir, adalah lokasi legenda tentang 55 wanita yang dibunuh secara kejam oleh klan Takeda pada zaman perang. Di sebuah jalan tua yang dulunya merupakan bagian dari Jalan Nasional 411, terdapat sebuah lokasi indah bernama Air Terjun Saiko.
Bagi pengunjung yang tidak mengetahui latar belakangnya, tempat ini tampak seperti perhentian wisata yang sempurna dikelilingi oleh pepohonan hijau, jurang yang menawan, dan gemericik air terjun yang tenang. Namun, di balik keindahan tersebut tersimpan sejarah kelam yang membuat siapapun mungkin berpikir dua kali sebelum singgah.
Pada abad ke-16, masa ketika Jepang berada dalam periode peperangan yang dikenal sebagai era Sengoku, klan Takeda merupakan salah satu keluarga paling berkuasa dan kaya. Kekayaan mereka sebagian besar berasal dari wilayah yang mereka kuasai, yang meskipun tidak memiliki akses ke laut, menyimpan sumber daya alam berharga. Tambang-tambang emas milik klan Takeda menjadi sumber utama pendanaan militer mereka.
Operasi penambangan ini melibatkan banyak pihak. Dari para penjaga, penambang, dan juga perempuan yang dipekerjakan untuk menghibur para pekerja dan prajurit di waktu senggang. Klan Takeda sangat menjaga rahasia lokasi emas mereka. Tidak semua emas digunakan untuk membiayai perang, sebagian disembunyikan di perbukitan sebagai simpanan atau bahkan persembahan spiritual.
Namun, segalanya berubah ketika kepemimpinan klan Takeda mengalami pergantian di tengah konflik yang semakin sengit. Pada tahun 1575, dalam Pertempuran Nagashino, mereka mengalami kekalahan besar. Ketakutan akan terbongkarnya lokasi tambang emas mereka pun meningkat drastis. Dalam kondisi terdesak dan penuh kecurigaan, mereka mulai mencurigai bahwa para perempuan penghibur mungkin telah mengetahui rahasia lokasi emas melalui para prajurit yang mereka temani.
Sebagai langkah terakhir untuk menjaga rahasia keluarga, keputusan kejam diambil. Di atas Sungai Yanagisawa, dibangunlah sebuah panggung dari tanaman merambat dan tali. Lima puluh lima perempuan diundang untuk menghadiri pesta perpisahan, diminta menari dan merayakan. Namun, di tengah perayaan tersebut, para prajurit mulai memotong tali-tali penyangga panggung. Dalam hitungan detik, seluruh platform runtuh, dan kelima puluh lima perempuan itu jatuh ke dalam jurang, meninggal seketika.
Kematian yang tiba-tiba dan tragis ini diyakini meninggalkan jejak spiritual yang masih terasa hingga kini. Banyak yang percaya bahwa arwah para korban masih menghuni area di sekitar Air Terjun Saiko, menjadikan tempat ini sebagai salah satu lokasi paling angker di wilayah tersebut.
Kebanyakan aktivitas supranatural yang dikaitkan dengan Oiran Buchi dilaporkan terjadi pada malam hari. Para pengunjung mengaku mendengar suara jeritan dan tangisan perempuan, seolah-olah mereka tengah terjatuh ke dalam jurang kematian. Suasana yang sunyi dan mencekam semakin memperkuat reputasi tempat ini sebagai lokasi penuh energi tak kasat mata.
Terdapat pula kepercayaan yang menyatakan bahwa pria sebaiknya tidak mengunjungi lokasi ini. Konon, arwah para perempuan yang tewas secara tragis di tempat ini masih menyimpan dendam dan mungkin akan membalaskan rasa sakit mereka kepada setiap laki-laki yang datang mendekat.
Di dekat jembatan saat ini terdapat sebuah monumen dan papan informasi. Papan tersebut menceritakan legenda kelam yang terjadi di Oiran Buchi. Namun, menurut cerita yang beredar, siapa pun yang membaca seluruh isi tulisan di papan tersebut akan terkena kutukan dari arwah yang menghuni tempat itu.
6. Terowongan dan Desa Inunaki (Prefektur Fukuoka)
Terowongan Tua Inunaki, yang terletak di Prefektur Fukuoka, telah lama dikenal sebagai salah satu dari tiga tempat paling angker di Jepang. Meskipun kini kedua ujungnya telah ditutup permanen, lokasi ini tetap menarik minat para pencari sensasi, bahkan menjadi semakin populer pada tahun 2020.
Daya tarik menyeramkan dari terowongan ini bukan tanpa alasan. Selain atmosfernya yang sunyi dan menyesakkan, Inunaki juga merupakan lokasi dari sejumlah kejadian tragis. Salah satu peristiwa tragis yang paling terkenal adalah kasus pembunuhan sadis yang terjadi pada tahun 1988.
Pada siang hari tanggal 7 Desember 1988, tubuh terbakar milik Umeyama Kouichi (20), seorang pekerja pabrik, ditemukan di dekat Jalur Pegunungan Inunaki. Ia diserang oleh sekelompok remaja dari distrik Takawa, yang awalnya mencoba merebut mobilnya. Setelah diculik dan berulang kali disiksa, Umeyama sempat melarikan diri, namun akhirnya tertangkap kembali. Dalam upaya menutupi kejahatan mereka, para pelaku membawa korban ke Terowongan Inunaki dan membakarnya hidup-hidup menggunakan bensin. Para pelaku akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Sebuah urban legend juga turut memperkuat reputasi angker tempat ini. Salah satu urban legend paling terkenal adalah tentang sepasang kekasih yang tersesat di hutan dekat Terowongan Inunaki pada tahun 1970-an. Ketika mobil mereka tiba-tiba mogok, mereka berjalan menyusuri jalan setapak menuju hutan dan menemukan papan bertuliskan: "Konstitusi Jepang tidak berlaku setelah titik ini." Mereka akhirnya tiba di sebuah desa yang tampak ditinggalkan, namun ketika hendak kembali, seorang pria muncul dan menyambut mereka, lalu dengan cepat menghunus sabit dan menghabisi nyawa mereka. Menurut cerita, siapa pun yang menemukan desa terlarang ini akan bernasib sama.
Desas-desus tentang urban legend Desa Inunaki ini mulai muncul secara luas di internet pada tahun 1999. Saat itu, stasiun televisi Nippon TV menerima surat anonim yang menceritakan kisah kelam sepasang kekasih yang dibunuh secara brutal setelah tersesat di desa tersebut. Surat itu berjudul: “Desa di Jepang yang Bukan Bagian dari Jepang.” Isinya tidak hanya menggambarkan kisah menyeramkan, tapi juga mendorong tim peliput untuk mengunjungi lokasi yang disebut-sebut tersembunyi di wilayah pegunungan dekat Fukuoka.
Setahun setelah cerita itu mencuat, pada tahun 2000, sebuah jasad ditemukan di bendungan tak jauh dari lokasi yang dikaitkan dengan desa tersebut, memperkuat kepercayaan bahwa wilayah sekitar Inunaki memang menyimpan banyak misteri dan tragedi nyata. Penemuan ini menjadi bahan bakar tambahan bagi legenda urban yang sudah menyebar luas kala itu, dan terus berkontribusi pada reputasi Inunaki sebagai salah satu tempat paling angker di Jepang
Legenda Desa Inunaki telah menginspirasi berbagai karya dalam dunia hiburan Jepang, mulai dari film, gim, hingga anime dan manga. Pada tahun 2019, sutradara Takashi Shimizu merilis film horor Howling Village (犬鳴村) yang langsung menarik perhatian publik dan memicu lonjakan pengunjung ke Terowongan Tua Inunaki dan yang sayangnya juga menyebabkan peningkatan kasus penerobosan dan vandalisme. Di tahun yang sama, game horor Inunaki Tunnel karya Chilla’s Art dirilis di platform Steam. Legenda ini juga menjadi inspirasi bagi serial anime The Lost Village (迷家-マヨイガ-) pada tahun 2016, serta cerita pendek The Story of the Mysterious Tunnel (トンネルの奇譚) karya mangaka horor legendaris Junji Ito.
7. Hutan Aokigahara (Prefektur Yamanashi)
Aokigahara, atau yang dikenal juga sebagai Lautan Pohon adalah hutan lebat yang terletak di kaki Gunung Fuji. Hutan ini bisa dibilang merupakan lokasi paling terkenal dalam daftar ini. Meski secara visual sangat memukau, dipenuhi pepohonan hijau yang rapat dan atmosfer sunyi yang menelan cahaya matahari, tempat ini lebih dikenal dunia dengan nama yang jauh lebih kelam, yaitu Hutan Bunuh Diri
Reputasi Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri sudah terdengar sejak tahun 60-an, dan hingga kini menjadi salah satu tempat paling sering digunakan untuk mengakhiri hidup, bukan hanya di Jepang, tapi juga di dunia, tepat setelah Jembatan Golden Gate di San Francisco. Statistik mencatat bahwa pada tahun 2003, sebanyak 105 jenazah ditemukan di hutan ini, rekor tertinggi saat itu. Meski pemerintah kemudian berhenti mempublikasikan angka-angka resminya, patroli dan pencarian rutin masih dilakukan setiap tahun oleh polisi, sukarelawan, hingga jurnalis. Di pintu masuk beberapa jalur, kini dipasang papan bertuliskan himbauan agar pengunjung yang berniat bunuh diri menghubungi lembaga pencegahan dan memikirkan kembali keputusan mereka.
Lalu, bagaimana Aokigahara bisa dikenal dengan reputasi yang begitu kelam? Menurut catatan sejarah dan cerita rakyat, pada masa feodal ketika kelaparan melanda, masyarakat yang tidak mampu lagi merawat anggota keluarga lanjut usia diduga melakukan praktik ubasute. Praktik ini dilakukan dengan cara meninggalkan orang tua mereka di dalam hutan untuk meninggal secara perlahan akibat kelaparan dan cuaca ekstrem. Aokigahara dipercaya sebagai salah satu tempat di mana praktik ini pernah terjadi. Arwah mereka yang ditinggalkan konon tidak pernah menemukan kedamaian dan masih bergentayangan sebagai yūrei, yaitu roh penasaran dalam kepercayaan tradisional Jepang. Dari sinilah muncul keyakinan bahwa hutan ini dipenuhi energi kematian yang secara misterius menarik orang-orang yang sedang berada dalam keputusasaan.
Tanah di Aokigahara juga tidak biasa. Dampak dari letusan Gunung Fuji di masa lalu meninggalkan permukaan tanah berbatu dan berlapis lava beku, membuat sinyal GPS dan kompas seringkali gagal berfungsi di area ini. Ini membuat siapapun yang masuk bisa dengan mudah tersesat, menambah kesan terisolasi dari dunia luar.
Popularitas Aokigahara sebagai simbol kematian juga diperkuat oleh berbagai karya budaya pop. Novel Nami no Tō (Tower of Waves) karya Seichō Matsumoto, yang terbit pada tahun 1961, disebut-sebut sebagai salah satu penyebab meningkatnya perhatian publik terhadap hutan ini. Sejak itu, Aokigahara muncul di berbagai film, anime, manga, lirik lagu, hingga video game. Dua film Barat bahkan menjadikan hutan ini sebagai latar utama, seperti The Sea of Trees (2015) dan The Forest (2016), keduanya membawa Aokigahara ke perhatian audiens internasional.
Namun, salah satu kontroversi terbesar terjadi pada akhir 2017, ketika Youtuber asal Amerika Logan Paul mengunggah video eksplorasi di Aokigahara ke kanal pribadinya. Dalam video tersebut, ia dan rekan-rekannya secara tidak sengaja menemukan jasad korban bunuh diri dan merekam tubuh tersebut secara eksplisit, meskipun wajahnya disamarkan. Tindakan ini menuai kecaman luas dan menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah YouTube.
Beberapa mitos yang sering dikaitkan dengan Aokigahara turut memperkuat kesan angkernya hutan ini. Salah satu yang paling sering dilaporkan adalah penampakan bayangan misterius. Beberapa pengunjung mengaku melihat sosok gelap bergerak cepat di antara pepohonan, namun saat didekati, bayangan itu menghilang begitu saja tanpa jejak. Selain itu, meskipun hutan ini dikenal sangat sunyi, suasana tersebut kadang tiba-tiba terusik oleh suara-suara aneh. Ada yang mendengar bisikan pelan, langkah kaki samar, atau bahkan tangisan dari kejauhan, padahal tidak ada siapa pun di sekitar mereka.